Analisa Performa 10 Manager Teratas di FPL 19/20
Selain melihat performa para pemain Premier League dalam menuai poin FPL, sepertinya kita juga bisa mempelajari performa para ‘manager’ (sebutan untuk para pemain FPL) dalam menyusun strategi bermainnya. Kita bisa mengolah dataset yang berisi informasi permainan 10 manager FPL teratas di musim lalu. Sumbernya masih dari repositori yang sama, karya Vaastav Anand dan kawan-kawannya.
Gelar manager FPL dengan poin terbanyak di musim 19/20 sebenarnya berhasil direngkuh oleh Alexander Antonov asal Bulgaria dengan total poin 2575, namun gelar tersebut didiskualifikasi karena Antonov ditenggarai melanggar persyaratan dari pihak FPL. Menurut kabar yang beredar, pelanggaran tersebut berupa ujaran rasis dari Antonov terhadap Raheem Sterling di sebuah grup chat privat. Kendati secara resmi posisinya digantikan oleh Joshua Bull yang berhasil mengumpulkan 2557 poin, namun pada analisa ini saya akan tetap memasukan Alexander Antonov karena secara teknikal tidak ada pelanggaran yang dilakukan, pun performa manager dengan klub bernama @TooGoodFPL ini berharga untuk dipelajari.
Poin Rata-Rata Tiap Gameweek
Hal pertama yang bisa kita pelajari adalah dengan melihat rata-rata poin tiap gameweek yang didapat oleh para manager ini. Semuanya memiliki nilai rata-rata lebih dari 66 poin, Antonov bahkan memiliki nilai rata-rata 68.5 dengan poin tertinggi yang pernah ia raih sebanyak 122. Ini bisa kita jadikan acuan untuk membuat standar target poin yang ingin kita raih di musim depan.
Di musim-musim sebelumnya, saya memasang target untuk mempertahankan minimal 50 poin tiap gameweek, jika di suatu gameweek saya dapat nilai di bawah 50, gameweek berikutnya saya akan berpikir lebih keras agar bisa menutupi kekurangan poin sebelumnya. Ternyata target 50 poin masih jauh dari rata-rata yang didapat para manager di atas, maka mari kita naikkan nilainya di musim depan. Target nilai rata-rata per gameweek ini secara psikologis mempengaruhi kita untuk menjaga konsistensi sepanjang musim.
Strategi Penggunaan Chips
Berikutnya kita akan melihat bagaimana para manager memanfaatkan 3 chips (Bench Boost, Triple Captain, Free Hit) dan 2 Wild Card yang tersedia. Dari grafis di bawah terlihat ada 3 pola utama dalam pemanfaatan chips di sepanjang musim 19/20. Pertama, hampir semua tim menggunakan Wild Card pertama mereka di gameweek ke 4. Seperti yang kita alami juga, kebanyakan manager masih meraba-raba komposisi pemain di awal musim. Lalu, setelah observasi 4 pertandingan di musim baru, mereka langsung yakin untuk merombak squad.
Kedua, di double gameweek 24, hampir semua manager menggunakan chips-nya, 6 di antaranya mengaktifkan Triple Captain yang semuanya disematkan pada para pemain Liverpool yang saat itu menjalani 2 pertandingan dalam 1 gameweek. Banyak yang akhirnya mendapatkan total poin tinggi. Sang juara Joshua Bull, mendapatkan poin tertinggi sepanjang musim di gameweek 24 ini dengan total 103 poin. Saat itu dia mempercayakan chip Triple Captain-nya kepada Mo Salah yang mendulang 16 poin.
Ketiga, saat Premier League restart pasca libur 10 pekan akibat pandemi, menjadi momen yang krusial dalam mendulang poin. Di gameweek tersebut ada 4 klub yang menjalani 2 pertandingan, pemain Man City dan Arsenal menjadi andalan para manager FPL. Adanya kebijakan unlimited free transfer juga menjadi keuntungan tambahan, para manager tidak perlu menggunakan chips Free Hit atau Wild Card untuk memenuhi squadnya dengan pemain yang menjalani double gameweek. Maka chip Bench Boost lah yang laku digunakan. Ada 7 manager yang mengaktifkannya, dan hampir semuanya mendapat poin FPL tertinggi sepanjang musim mereka di gameweek 30+ (di tabel tertulis gameweek 39) ini.
Yang bisa kita pelajari adalah, mereka tidak ragu untuk merombak squad di awal musim dengan memanfaatkan Wild Card. Toh, Wild Card ke dua akan didapat di paruh musim. Lalu, double gameweek adalah momen yang mereka pantau untuk mengaktifkan chips yg lainnya, terutama Triple Captain & Bench Boost.
Pola Transfer
Salah satu kawan saya yang juga seorang manager FPL pernah berujar “saat kamu yakin pemain tersebut akan mendulang poin tinggi, kenapa harus khawatir mendapat -4 atau bahkan -8 poin dari transfer tambahan?”. Ia menerapkan pola tersebut sepanjang musim, dan bisa dibayangkan berapa total poin yang hilang sepanjang musim. Bila dilihat dari pola aktifitas transfer para 10 manager teratas musim lalu, semua nilai rata-ratanya mendekati angka 1 (aktifitas transfer saat pengaktifan Free Hit/ Wild Card tidak dihitung). Ini artinya mereka sangat jarang mengorbankan poin minus demi transfer tambahan.
Bila digabungkan dengan pola penggunaan chip sebelumnya, para manager ini memang memanfaatkan Wild Card di awal musim untuk menyusun squad jangka panjang. Sehingga perubahan yang diperlukan cukup menggunakan jatah 1 transfer per gameweek saja. Hal ini diperkuat dengan fakta di akhir musim, team value mereka tinggi. Yang bisa diartikan bahwa alih-alih sering transfer pemain, mereka berhasil mempertahankan pemain yang value-nya konsisten bertambah untuk tetap berada dalam squad-nya.
Sekian sedikit analisa dan visualisasi dari saya mengenai data performa 10 manager teratas di FPL musim 2019/2020. Mungkin saja, performa para manager di atas bisa dijadikan role model untuk gaya bermain FPL kita di musim depan. Tentu saja ini bukan sesuatu yang mutlak menghasilkan hasil yang bagus di musim depan, bisa saja pola berubah, juga masih banyak aspek lain yang bisa dianalisa dari data di atas. Akan sangan senang apabila ada feedback dari pembaca sekalian yang bisa berujung pada diskusi untuk mendapat insight yang lebih baik dari data ini.
Semoga sukses FPL musim depannya ya!
Erwindra Rusli
Football Fans and Data Enthusiast